Perdebatan tentang sejauh mana tingkat kelayakan esport sebagai bentuk “olahraga” atau sport kerap berpusat pada unsur keterlibatan fisik seperti tolok ukur primer. Dalam perspektif biasa, olahraga dianggap seperti aktivitas yang menuntut gerakan tubuh, peningkatan detak jantung, juga keluarnya keringat. Tidak bisa dimungkiri bahwa mayoritas pemain esports menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar monitor. Kondisi sekarang kerap menjadi bahan kritik terhadap industri esports karena gaya hidup yang minim gerak fisik berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan, seperti taazur postur tubuh, obesitas, hingga gangguan di dalam indera penglihatan. Sebuah studi yang diaplikasikan DiFrancisco-Donoghue pada 1 tahun 2019 menunjukkan yakni lebih dari 40 persen atlet esports profesional tidak menggapai tingkat aktivitas fisik yang dianjurkan.

Esports Gaming

Apabila tolok ukur sport semata-mata didasarkan pada seberapa banyaknya keringat yang keluar, jadi catur, bridge, kemudian menembak seharusnya bukan masuk dalam daftar cabang olahraga resmi. Olahraga ini menuntut ketajaman berpikir, perencanaan strategi yang matang, dan fokus penuh sepanjang permainan. Intensitas kerja otak dalam tinggi sebenarnya merupakan bentuk aktivitas hidup yang layak dihargai dan tidak bisa diremehkan.

Perlukah Giat Fisik Dalam Esports Agar Diakui Sebagai Olahraga?

Bukan hanya itu juga, e-sports dengan segala benefit yang sanggup didapatkan berhasil mematahkan stigma buruk bertaruh game, terutama bagi anak-anak. Dilansir dari berbagai sumber Kompas Gramedia, e-sports ataupun olahraga elektronik ialah bidang olahraga dalam menggunakan game sebagai bidang kompetitif. Atlet Esport juga dilatih lewat profesional, termasuk soal kebugaran, demi mendukung peforma di industry pertandingan. Esport ataupun olahraga elektronik saat ini sangat diminati, terbukti dari tingginya penggemar dalam setiap kompetisi yang diadakannya.

Mengenal Esport Dan Bedanya Dengan Gaming

Sementara itu, cabang olahraga seperti darts, bowling, dan billiard lebih menekankan pada ketepatan, kestabilan, juga koordinasi presisi masa mata dan tangan. [newline]Seorang pemain profesional harus memiliki reaksi laju antara otak, penglihatan, dan tangan, sambil merancang strategi pada waktu yang sangat terbatas. Berdasarkan logika tersebut, jika kamu telah menerima cabang-cabang olahraga yang mempunyai karakteristik serupa, hingga menolak esports cuma karena minimnya gerakan fisik besar seolah-olah berlari atau melompat menjadi alasan yg lemah dan tidak konsisten. Beruangjp laporan dari Esports Insider, antusiasme terhadap dunia esports di kalangan anak muda tetap menanjak.

Temuan ini memperlihatkan yakni kesehatan fisik masih menjadi tantangan serius yang harus ditangani dalam dunia esports profesional. Para atlet esports biasanya mengikuti jadwal latihan yg ketat dan tersusun rapi, serupa dgn atlet pada cabang olahraga fisik lain. Mereka dituntut menjaga daya tahan tubuh, fokus yang stabil, serta kemampuan berpikir taktis dalam waktu lama saat bertanding. Maka, meskipun aktivitas geraknya tidak seintens olahraga tradisional, ketentuan terhadap kesiapan fisik dan mental tentu sangat besar.